Kekerasan di Kampus Tak Selalu Tampak Kasat Mata

Lingkungan kampus seharusnya menjadi ruang yang aman untuk belajar, bertumbuh, dan berdiskusi. Namun, tidak jarang kekerasan terjadi secara halus, sistemik, bahkan tersembunyi di balik relasi kuasa atau budaya diam. Sayangnya, banyak bentuk kekerasan ini justru diabaikan atau dianggap wajar, baik oleh korban maupun lingkungan sekitarnya.

Artikel ini mengulas 5 tanda kekerasan yang sering tidak dikenali di lingkungan kampus, agar kita semua lebih sadar, peka, dan berani mengambil sikap.

1. Pelecehan Verbal yang Dianggap Lelucon

Komentar bernuansa seksual, merendahkan fisik, atau stereotip gender seperti:

“Pantas kamu nilainya bagus, cantik sih.”
“Kamu terlalu sensitif, ini cuma bercanda.”

Kalimat seperti ini sering dilontarkan tanpa disadari sudah masuk kategori kekerasan verbal atau psikologis, terlebih jika membuat orang merasa tidak nyaman, direndahkan, atau dilecehkan.


2. Relasi Kuasa yang Dimanfaatkan Secara Tidak Adil

Dosen, pembimbing, atau senior organisasi kadang menggunakan posisinya untuk menekan atau mengeksploitasi mahasiswa. Contohnya:

  • Mengancam nilai jika permintaan pribadi tidak dipenuhi

  • Memberikan beban kerja berlebihan tanpa alasan akademik

  • Memanfaatkan ketergantungan akademik untuk keuntungan pribadi

Ini adalah bentuk kekerasan berbasis relasi kuasa, yang meskipun tidak bersifat fisik, tetap berdampak serius pada mental dan karier akademik korban.


3. Eksklusi atau Perundungan Sosial (Social Bullying)

Tidak mengajak teman ke forum diskusi, mengasingkan seseorang dari kelompok belajar, hingga menyebar rumor negatif di belakang. Tindakan seperti ini merupakan bentuk kekerasan sosial.

Efeknya tak kalah berat dibanding kekerasan fisik—korban merasa rendah diri, dikucilkan, bahkan bisa mengalami gangguan mental.


4. Komentar Merendahkan terhadap Gender, Agama, atau Disabilitas

Ucapan atau candaan yang merendahkan kelompok tertentu, seperti:

“Perempuan nggak cocok jadi pemimpin.”
“Mahasiswa disabilitas bikin ribet.”
“Kamu kan dari agama X, wajar kalau begitu.”

Ini adalah bentuk kekerasan diskriminatif, yang berbahaya karena menormalisasi intoleransi dan menghambat inklusi di kampus.


5. Tekanan dalam Hubungan atau Organisasi

Kekerasan juga bisa muncul dalam relasi pribadi maupun struktural:

  • Pasangan yang memaksa secara emosional atau fisik

  • Senior organisasi yang mempermalukan atau menghukum anggota baru

  • Tugas atau kegiatan organisasi yang melanggar privasi atau hak pribadi

Sering kali bentuk kekerasan ini dibungkus atas nama loyalitas, senioritas, atau “tradisi”, padahal itu adalah pelanggaran hak asasi.


Saatnya Lebih Peka dan Berani Bertindak

Banyak mahasiswa merasa bimbang:

“Apa ini benar kekerasan?”
“Kalau saya lapor, nanti dianggap lebay nggak?”

Justru karena banyak kekerasan di kampus tidak terlihat secara kasat mata, penting bagi kita semua untuk mengasah empati dan edukasi. Tak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk teman dan lingkungan sekitar.

SATGAS PPKPT UNES Hadir Sebagai Ruang Aman

Di Universitas Ekasakti, kamu bisa melaporkan segala bentuk kekerasan secara rahasia dan aman ke SATGAS PPKPT UNES. Kami siap mendengarkan, melindungi, dan mendampingi.

 

Karena kampus seharusnya bebas dari rasa takut.

Leave a Reply

Laporkan
SATGAS
Home
Dokumen
Kontak